- Topografi dan Geomorfologi
Sebagai bagian dari Paparan Sunda maka Bangka Belitung relatif berumur tua yang muncul ke permukaan pada kisaran 15 – 30 juta tahun yang lalu sebagai hasil dari aktivitas vulkanik dan tektonik. Menurut Badan Geologi tahun 2010, Kepulauan Bangka Belitung termasuk ke dalam fisiografi daerah perbukitan (low hills) dengan morfologi perbukitan terpisah (isolated hills) yang memiliki asal mula dari sisa denudasi, longsoran dan terobosan magma.
Secara fisiografi dan topografi, daerah ini memiliki karakteristik didominasi dataran bergelombang rendah hingga bukit-bukit akibat terobosan intrusi granit yang bersifat asam kemudian membentuk perbukitan sehingga dikenal juga sebagai ‘granite belt’. Jajaran kepulauan pada sabuk granit ini merupakan barisan perbukitan yang telah tererosi secara intensif yang telah mencapai tingkat lanjut. Barisan perbukitan ini terbentuk akibat gerakan lipatan dan retakan yang membentuk potongan-potongan pulau di bagian timur Sumatera, lalu terpisahkan menjadi pulau-pulau kecil, salah satunya Pulau Belitung.
Pulau Belitung yang merupakan bagian terangkat dari Peneplain Sunda membuat daerah dataran merupakan yang paling luas menutupi Pulau Belitung. Peneplain tersebut merupakan hasil proses pelapukan dan ditutupi oleh endapan alluvial berumur Kuarter. Selain itu, dijumpai kenampakan monadnock yakni berupa granit-granit berumur tua yang telah tererosi lanjut serta kelompok bukit-bukit yang kecil menjulang di atas datarannya serta pola morfologinya yang dikontrol oleh struktur patahan dan pola-pola intrusi granit. Peneplain tersebut sudah mencapai tingkatan umur sangat tua (old age).
Morfologi Pulau Belitung merupakan perbukitan bergelombang yang relatif rendah atau datar dengan ketinggian berkisar dari 120 m – 510 m di atas permukaan air laut rata-rata. Morfologi perbukitan sisa dengan puncak tertinggi di Pulau Belitung adalah puncak Gunung Tajam yang mencapai 510 mdpl dan beberapa puncak perbukitan < 500 mdpl berada di sekitar hulu Sungai Manggar yaitu Gunung Mang. Perbukitan dialiri oleh sungai berpola dendritik sampai sub-dendritik, namun pola rektangular juga dijumpai di beberapa tempat. Kemiringan lereng antara 0% – > 25%. Ketinggian 0 – 5% berada pada dataran aluvial di lembah antara sungai di wilayah timur, selatan, barat dan utara Pulau Belitung.
- Stratigrafi
Stratigrafi Pulau Belitung dapat diuraikan secara urut pada kolom stratigrafi (Gambar 3.3) dan peta geologi (Gambar 3.4) yang mengacu pada Peta Geologi Lembar Belitung oleh Baharuddin dan Sidarto, 1995 yang membagi stratigrafi regional Pulau Belitung dari tua ke muda yaitu sebagai berikut :
- Formasi Kelapakampit (PCks)
Terdiri atas batuan sedimen flysch yang telah terlipat lemah hingga sedang, terdiri atas batupasir malih berselingan dengan batusabak, batulumpur, serpih, batulanau tufan dan rijang. Batupasir malih berwarna putih-kelabu muda, kompak, berbutir halus – kasar, menyudut tanggung – membundar dengan tebal perlapisan 2 – 6 m, setempat dijumpai perlapisan bersusun, silang-siur, dan gelembur gelombang. Batusabak dan serpih berwarna hitam, menunjukkan perlapisan sejajar serta mengandung kasiterit dan galena, tebal perlapisan 5 – 20 cm. Batulumpur berwarna hitam, berlembar, tebal perlapisan 4 – 6 m. Batulanau tufan berwarna kelabu muda, kompak, tebal perlapisan 1 – 4 m. Rijang berwarna kelabu muda kemerahan, tersilisifikasi/terkersikkan, mengandung radiolaria, tebal perlapisan 10 – 20 cm. Pada Formasi Kelapakampit ini terdapat fosil Agathiceras sundaicum HAN, Moscovicrinus (Hosking dkk, 1977), Fusulina schwargerina dan Cathaysia (Gigantopteris) JONGMANS (van Overeem, 1960). Dari kumpulan fosil tersebut dapat disimpulkan bahwa formasi ini berumur Perm-Karbon. Formasi ini terendapkan pada lingkungan laut dengan ketebalan dari lapisan sedimen yaitu hingga lebih dari 500 m.
- Formasi Tajam (PCTm)
Terdiri dari batupasir kuarsa bersisipan batulanau terlipat sedang hingga kuat dan termalihkan rendah. Batupasir berwarna putih – hijau, padat, berbutir halus – kasar, menyudut tanggung – membundar (subrounded – rounded), memperlihatkan perlapisan bersusun dan sejajar, terkekarkan. Batulanau berwarna hijau sampai kecoklatan, termalihkan sedang. Tebal lapisan 2 – 40 cm. Bijih timah primer dijumpai bersama kuarsa dalam urat rekahan dan stockwork. Formasi ini diduga menjemari dengan Formasi Kelapakampit yang berumur Perm-Karbon.
- Formasi Siantu (PCsv)
Terdiri dari lava basal dan breksi gunungapi. Lava basal berwarna hijau tua, pejal, dan kasatmata (afanitik), setempat menunjukkan struktur lava bantal, kemas antarbutir terdiri atas plagioklas, piroksen, dan mineral sekunder klorit, kalsit. Breksi gunungapi berfragmen umumnya basal berukuran 20 – 40 cm, menyudut tanggung – membundar tanggung (subrounded – rounded) dengan matriks berukuran pasir kasar. Satuan ini terendapkan dalam lingkungan laut dan diduga menjemari dengan Formasi Kelapakampit.
- Granit Tanjungpandan (Trtg)
Terdiri dari granit, terdaunkan kelabu muda, holokristalin, berbutir kasar – sangat kasar, butir hipidiomorfik terdiri atas kuarsa, feldspar, plagioklas, biotit, dan hornblenda. Granit pada formasi ini terfoliasi berwarna kelabu muda. Batuan ini termasuk kedalam granit tipe “S” (Pitfield, 1987), mengandung greisen yang kaya akan mineral kasiterit primer. Umur mutlaknya berdasarkan K-Ar diperkirakan berkisar antara 208 sampai 245 juta tahun (Priem dkk, 1975).
- Adamelit Baginda (Jma)
Terdiri dari adamelit, kelabu sampai kehijauan, holokristalin, ekuigranular, berbutir kasar. Mineral penyusun terdiri atas kuarsa, feldspar, plagioklas biotit, hornblenda serta mineral sekunder seperti klorit, karbonat, limonit, dan oksida besi. Berdasarkan hasil analisa kimia maka batuan ini termasuk kedalam tipe granit “l” (Pitfield, 1987) yang tidak mengandung mineral kasiterit. Umur mutlaknya berkisar dari 160 sampai 208 juta tahun (Priem dkk, 1975).
- Granodiorit Burung Mandi (Kbg)
Terdiri dari granodiorit, kelabu sampai kehijauan, holokristalin, ekuigranular, hipidiomorfik. Mineral penyusunnya adalah kuarsa, plagioklas, feldspar, biotit, hornblenda dan mineral sekunder seperti klorit, karbonat, dan oksida besi. Berdasarkan hasil analisa kimia batuan ini termasuk granit tipe “I” (Pitfield, 1987), berumur mutlak 115 – 180 juta tahun atau Kapur (Priem dkk, 1975).
- Diorit Kuarsa Batubesi (Kbd)
Terdiri dari diorit kuarsa, hijau – kelabu muda, holokristalin, berbutir sedang, hipidiomorfik granular. Mineral penyusunnya adalah kuarsa, plagioklas, K-feldspar, biotit, hornblende, klorit, dan oksida besi. Umur mutlaknya 115 – 160 juta tahun atau Kapur (Priem dkk, 1975).
- Pasir Berkarbon (Qpk)
Terdiri dari pasir karbonan kehitaman bersisipan lempung, tidak padu, berbutir sedang sampai halus, mengandung mineral berat dan kepingan lignit. Setempat dijumpai perlapisan yang mengandung mineral kasiterit. Satuan ini menindih tidak selaras dengan batuan yang berumur Pra Tersier, ketebalan lapisan 1 sampai 5 m.
- Endapan Alluvial dan Pantai (Qa)
Formasi ini tersusun oleh kerikil-kerakal, pasir, lanau, lempung dan pecahan koral.
Kolom Stratigrafi Regional Pulau Belitung (Baharuddin dan Sidarto, 1995)
- Struktur dan Tektonik
Struktur geologi yang dijumpai di daerah ini antara lain, lipatan, sesar, kekar dan kelurusan. Arah sumbu lipatan umumnya baratlaut-tenggara, sedangkan sesar berarah timurlaut-baratdaya. Kegiatan tektonik dimulai pada masa Permo-Karbon yang menghasilkan endapan sedimen “flysch” Formasi Kelapakampit, bersamaan dengan itu terjadi tumbukan yang membentuk Formasi Siantu. Pada masa Trias terjadi kegiatan magmatik dan menghasilkan Granit Tanjungpandan yang membawa kasiterit primer. Selama Awal Jura kegiatan magmatik berlanjut dan menghasilkan penerobosan batuan Adamelit Baginda, kegiatan magmatik ini berakhir pada Akhir Kapur dengan terbentuknya terobosan batuan-batuan diorit dan granodiorit. Sejak Kapur Akhir sampai Kuarter berlangsung proses erosi dan pengendapan yang menghasilkan endapan pasir karbonan dan aluvium.
- Sumber Daya Mineral
Sumber daya mineral utama di daerah ini adalah timah. kaolin, pasir kuarsa, granit dan mineral sekunder seperti hematit, magnetit, pirit dan galena. Timah primer dijumpai sebagai endapan greisen berbentuk urat-urat sedangkan timah sekunder sebagai perlapisan dalam endapan sungai purba. Pasir kuarsa dan kaolin tersebar luas, merupakan hasil pelapukan batuan granit dan batuan malihan.
Peta Geologi Regional Pulau Belitung (Baharuddin dan Sidarto, 1995)